REMBANG – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau kerap disapa Gus Mus menyampaikan harapannya terhadap pemimpin terpilih.

Hal ini ia sampaikan pada Rabu (14/2/2024) kepada awak media seusai menggunakan hak suaranya dalam Pemilu 2024 di TPS 001 Kelurahan Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, ia didampingi oleh putri, menantu, dan cucunya saat menuju ke TPS yang berjarak sekitar 200 meter dari kediamannya. “Tentu yang ngerti rakyatnya, jujur, amanah, dan bertanggung jawab,” ucapnya.

Sebelum ini, Gus Mus melalui akun media sosialnya menggunggah doa ketika hendak mencoblos. Doa ini pernah disampaikan oleh Gus Mus pada 1 Desember 2015 lalu, sebagaimana dalam tulisan yang dimuat NU Online berjudul ‘Inilah Doa Jelang Pemilu agar Tak Salah Pilih Pemimpin’. Doa yang sama juga diajarkan dan diserukan pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini pada saat menghadapi Pemilu tahun 2019. Mengenai doa tersebut, Gus Mus menjelaskan bahwa tujuan dari doa tersebut adalah bisa diberi pemimpin yang baik oleh Allah swt. Baca Juga Dinamika Koalisi Partai Politik Sejak Pemilu 2004 hingga 2024

“Ya, doa supaya dapat pemimpin yang baik, yang dipilih oleh Allah,” jelasnya. “Kemarin saya berdoa kan supaya kita jangan diberi oleh Tuhan penguasa yang tidak tunduk pada tuhan dan tidak punya belas kasihan kepada rakyat,” jelasnya. Ditanya mengenai pesan kepada rakyat Indonesia, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini menyampaikan bahwa rakyat sudah paham apa yang harus dilakukan. ad “Rakyat sudah berkali-kali mengadakan pemilu, jadi tidak usah dikasih tahu, nanti tahu sendiri. Habis ini ya hidup seperti biasa, yang bertani lanjut bertani, yang pegawai tetap pegawai, yang berdagang tetap berdagang, yang wartawan tetap wartawan. Mau apalagi coba?” jawabnya.

“Itu kan hanya untuk pemilu saja kan? Setelah pemilu ya biasa kembali,” imbuhnya. Nahdliyin itu bermacam-macam Sementara itu, ditanya perihal keragaman pilihan Nahdliyin, Gus Mus menjelaskan bahwa jumlah warga NU sangat banyak. Bahkan, menurutnya, jumlahnya lebih banyak dibanding dengan jumlah warga negara lain seperti Malaysia. “Nahdliyin itu banyak sekali. Itu organisasi terbesar di dunia. Berapa kali penduduk malaysia NU itu? Beberapa negara dijadikan satu itu baru sama seperti warga NU jumlahnya,” ungkapnya. “Diminta jadi satu? Ya tidak bisa. NU selamanya tidak bisa menjadi satu, karena NU banyak. Wong yang sedikit dijadikan satu saja tidak bisa kok, apalagi sebanyak itu. Itu orang NU-nya juga sudah terbiasa,” tuturnya.

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Kombes Pol Andhika Bayu Adhittama, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Suryadi, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kompol Joko Lelono, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono