BeritaEkbis

Penganiayaan Balita oleh Ayah Kandung dan Ibu Tiri di Cluring Banyuwangi Mirip Film Era 1980an

Avatar photo
×

Penganiayaan Balita oleh Ayah Kandung dan Ibu Tiri di Cluring Banyuwangi Mirip Film Era 1980an

Share this article

BANYUWANGI – Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan pasangan suami istri (pasutri) di Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi menjadi perhatian luas masyarakat Banyuwangi. Apalagi aksi kekerasan itu dilakukan terhadap anaknya sendiri. Pelakunya tidak lain adalah Eko Yoga Prasetya, 23, yang tidak lain merupakan ayah kandung dari korban.

Dalam aksinya, Eko Yoga tidak sendirian. Heny Indriani yang merupakan ibu tiri korban turut tersandung masalah hukum bersama suaminya. Keduanya kini sedang menjalani proses hukum di Polresta Banyuwangi. Akibat aksi keduanya terhadap korban, MS. Balita berusia tiga tahun itu mengalami sejumlah luka di tubuh.

Kondisi korban sangat memprihatinkan dengan luka-luka di bagian mata, kepala, dan telinga. Luka-luka tersebut sudah dimintakan visum et repertum ke Puskesmas Benculuk. Penyidik Polresta Banyuwangi juga mengamankan sejumlah barang bukti. Di antaranya sebuah sendok, sisir, dan gayung plastik merah yang diduga digunakan untuk menganiaya korban.

Dibalik aksi kekerasan yang dilakukan ayah kandung bersama ibu tirinya ini seolah memutar kenangan masyarakatapa yang pernah terjadi di era 1980an. Dimana kasus serupa pernah terjadi di Jakarta pada 8 November 1984. Bahkan kisahnya sempat filmkan dan dirilis 1985 hingga menjadi viral saat itu.

Judul filmnya Arie Hanggara. Film ini diangkat dari kisah nyata dimana seorang bocah berusia 6 tahun meregang nyawa ditangan orang tuanya sendiri. Film ini diperankan oleh Deddy Mizar yang berperan sebagai Tino Ridwan dan Anissa Sitawati berperan sebagai Dahlia, istri Tino Ridwan, serta Joice Erna yang merupakan nenek dari artis Ariel Tatum sebagai Santi.

Sedangkan peran Arie Hanggara diperankan oleh Yan Cherry Budiono. Singkat cerita kisah ini bermula dari Tino (Deddy Mizwar), seorang pengangguran yang malas dan tidak memiliki pekerjaan, serta memiliki harga diri yang tinggi. Konflik muncul ketika Tino dan istrinya, Dahlia (Anissa Sitawati), sering bertengkar. Akibat pertengkaran tersebut, Dahlia memutuskan kembali ke Depok, sementara Tino menitipkan anak-anak mereka di rumah neneknya. Sementara itu, Tino menjalin hubungan dengan Santi (Joice Erna).

Di rumah kontrakan kecil, hidup 5 orang, yaitu Tino, Santi, serta 3 anak Tino dari istri pertama, Ari, dan Andi. Anak ketiga, Arki, adalah anak dari Dahlia. Tino menerapkan aturan yang sangat ketat terhadap anak-anaknya, dan Ari, anak kedua, sering kali melanggarnya. Ari cenderung pendiam di sekolah dan seringkali mencuri uang dari temannya.

Baca Juga: Pelaku Penganiayaan Santri Banyuwangi di Ponpes Al Ishlahiyyah Diganjar Hukuman Maksimal, Begini Pertimbangan Majelis Hakim PN Kediri

Dalam usahanya untuk mengatasi perilaku Ari yang bermasalah, Tino merencanakan untuk membawanya ke pesantren. Namun sebelum rencana itu bisa terealisasi, Ari melakukan kesalahan lain, yang mengikuti kesalahan kakaknya. Arie, meskipun sebelumnya tidak bersalah, meminta agar dia juga dihukum.

Tino, yang semakin kesal, terus memukuli Arie, dan akhirnya merasa lelah menghadapi sikap Arie. Dia mengancam Arie dengan hukuman baru, yang melarang Arie minum tanpa seizin Tino. Namun, saat Arie mencoba untuk minum, Tino mendengar suara gesekan gelas dan memberinya hukuman tambahan hingga larut malam.

Pada pagi hari, Tino dan Santi menemukan Arie dalam keadaan tidak sadarkan diri dan segera membawanya ke rumah sakit. Sayangnya, Arie sudah tidak bernyawa saat mereka tiba di sana. Tino merasa sangat menyesal dan menangis melihat Arie yang telah meninggal dunia. Dahlia, setelah mendengar berita tersebut, merasa sangat terpukul dan marah pada Tino.

Akibat peristiwa tragis ini, Tino dan Santi didakwa atas tuduhan penyiksaan terhadap anak-anak mereka. Masyarakat marah dan menuntut hukuman berat bagi keduanya. Koran-koran nasional menampilkan berita kematian Arie sebagai hasil dari perceraian orang tua yang berujung pada tragedi yang memilukan itu.

 

Polresta Banyuwangi, Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Nanang Haryono, Banyuwangi, Jawa Timur, Polda Jatim, Polres Banyuwangi, Resta Banyuwangi, Kepolisian Resor Kota Banyuwangi, Polisi Resor Kota Banyuwangi, Polisi Banyuwangi, Kota Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Nanang Haryono